Rabu, 30 Desember 2009
Jumat, 25 Desember 2009
EKOSISTEM
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Ilmu yang mempelajari ekosistem disebut ekologi. Ekologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu oikos dan logos. Oikos artinya rumah atau tempat tinggal, dan logos artinya ilmu. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914).
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antarmakhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya.
Para ahli ekologi mempelajari hal berikut:
- Perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lain ke dalam lingkungannya dan faktor-faktor yang menyebabkannya.
- Perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dalam faktor-faktor yang menyebabkannya
- Terjadi hubungan antarspesies (interaksi antarspesies) makhluk hidup dan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Komponen-komponen pembentuk ekosistem adalah:
- Komponen hidup (biotik)
- Komponen tak hidup (abiotik)
Kedua komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan, tumbuhan air, plankton yang terapung di air sebagai komponen biotik, sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air.
P-WEC Kembangkan Program Edukasi Tentang Ekosistem Sungai dan Hutan
Petungsewu Wildlife Education Center (P-WEC) terus mengembangkan program edukasinya tentang konservasi alam dan satwa liar. Mulai tahun 2007 ini P-WEC secara serius mengembangkan program edukasinya. Salah satu program edukasi yang kini dikembangkan adalah program edukasi tentang ekosistem sungai dan hutan. Program ini dilaksanakan di Sungai Bedengan yang masih alami.
Program edukasi tentang ekosistem sungai dan hutan ini tetap disampaikan melalui pendekatan permainan dan petualangan. Pendekatan ini merupakan ciri khas dari program edukasi di P-WEC, sehingga peserta akan enjoy dan gembira dalam mengikuti program edukasi yang punya muatan ilmiah ini.
Banyak hal yang bisa dipelajari dari program edukasi ekosistem sungai dan hutan ini. Mulai dari mengenal keragaman serangga, hewan air, pencemaran sungai, bio indicator, kesimbangan alam, dll. Meskipun program ini banyak berhubungan dengan ilmu ekologi, namun peserta yang tidak punya latar belakang pendidikan biologi tetap bisa mengikuti program ini, karena semuanya disajikan dengan penuh keceriaan, dengan unsur rekreasi dan petualangan yang kental.
Program edukasi ini menjadikan sungai dan hutan sebagai ‘laboratorium alam’, sehingga peserta akan secara cepat memahami maksud dari edukasi ini. Dengan mengikuti program edukasi ini bukan hanya ilmu ekologi yang akan diserap, namun juga akan membuat fresh pikiran kita karena suasana edukasi yang rileks, alami dan penuh unsur petualangan.
Wilayah Pesisir
Setiap kali mencari referensi mengenai pengelolaan lingkungan, khususnya pengelolaan lingkungan di Indonesia, yang banyak muncul adalah tulisan mengenai pengelolaan kawasan pesisir. Padahal masalah lingkungan termasuk didalamnya pengelolaan sampah, pengelolaan hutan, pengelolaan industri, pengelolaan pemukiman, dan lain-lain yang perlu dikelola dalam konteks ramah lingkungan. Kenyataannya di Indonesia pada saat ini yang sedang banyak dilakukan adalah pengelolaan kawasan pesisir. Demikian pentingnya pengelolaan kawasan pesisir sehingga perlu diadakan departemen kelautan dan perikanan.
Mengapa di Indonesia pengelolaan kawasan pesisir begitu penting?
Ternyata 60% penduduk Indonesia hidup di wilayah pesisir. Sekitar 42 kota dan 181 kabupaten terletak di kawasan pesisir. Apabila terjadi kerusakan di wilayah pesisir, maka akan berdampak terhadap kehidupan pesisir dan penduduk perkotaan yang umumnya mengkonsumsi ikan. Sekitar 85% sumber daya ikan berasal dari perairan pesisir. Dampak lainnya adalah jutaan tenaga kerja terutama nelayan akan kehilangan mata pencaharian. Sektor kelautan menyerap lebih dari 16 juta tenaga kerja secara langsung. Disamping itu, kontribusi sector kelautan terhadap PDB nasional sekitar 26.5 %.Dari seluruh hutan mangrove dan terumbu karang yang ada di dunia, sekitar 30% berada di wilayah pesisir Indonesia.
Apa yang dimaksud dengan wilayah pesisir? Apakah bedanya dengan wilayah pantai? Dalam konteks lingkungan, batas wilayah pesisir adalah :“Daerah peralihan (interface area) antara ekosistem darat dan laut”.
Mengenai batas secara geografis, dapat dilihat secara ekologis dan secara administratif.
Secara ekologis, batas kearah darat adalah kawasan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang surut, intrusi air laut dan percikan air gelombang. Sedangkan secara administratif, batas terluar sebelah hulu dari desa pantai atau jarak definitif secara arbitrer (2 km, 20 km, dst dari garis pantai)
- Penyedia Sumberdaya Alam, yaitu sebagai sumberdaya ikan, mangrove, terumbu karang . coral dll. Mangrove dan Terumbu Karang sangat besar peranannya dalam menjaga keseimbangan habitat pesisir. Pada tulisan berikutnya saya akan menjelaskan lebih rinci mengenai mangrove dan terumbu karang.
- Penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan, yaitu sebagai sumber air bersih, tempat budidaya, dll.
Ekosistem pesisir sangat besar peranannya dalam mitigasi kerusakan. Komponen ekosistem pesisir berfungsi sebagai pelindung pantai, penahan badai, pencegah erosi pantai, pengendali banjir dan penyerap limbah. Keterkaitan antar ekosistem pesisir dapat dilihat pada gambar berikut :
Terdapat 3 ekosistem yang saling berkaitan, yaitu ekosistem lamun, ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang. Apabila salah satu saja dari ketiga ekosistem tersebut rusak, akan berpengaruh pada ekosistem lainnya, dan merusak keseimbangan ekosistem pesisir.
Di pesisir banyak komponen yang saling berkaitan, baik kegiatan yang berpotensi merusak ekosistem pesisir maupun kegiatan yang merupakan manfaat dari keberadaan pesisir. Kegiatan yang merusak ekosistem kawasan pesisir antara lain reklamasi pantai, pembangunan pemukiman yang tidak ramah lingkungan di sekitar pantai, secara geografis pertemuan wilayah pesisir dengan muara sungai yang merupakan tempat pembuangan limbah dari daratan dan kegiatan industri di sekitar pantai. Saat ini telah dilakukan berbagai kegiatan konversi di kawasan pesisir agar fungsi pesisir dapat menjadi optimal bagi kelangsungan hidup masyarakat Indonesia yang mayoritas hidup di pesisir.
Hidup hanya dapat dilestarikan dalam keanekaragaman hidup (biodiversity)
Dari sudut pandang Biologis - Ekologis
Hidup mempunyai berbagai macam arti tergantung dari sudut pandang masing-masing ilmu. Secara biologis, ‘hidup’ berarti kompleksitas keberadaan entitas-entitas yang dikarakterisasikan dengan kapasitasnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas fungsional tertentu : metabolisme, pertumbuhan, reproduksi dan adaptasi. Lebih lanjut, ‘hidup’ dikarakterisasikan dengan adanya transformasi kompleks dari molekul-molekul organik serta adanya rangkaian organisasi molekul-molekul tersebut menjadi unit yang lebih besar : protoplasma, sel, organ, dan organisme. (Encyclopaedia Britannica : 2006)
Interaksi, interrelasionship dan biodiversity
Hubungan dengan yang lain adalah ciri khas organisme. Saling interaksi antar organisme tersebut membentuk ekosistem. Interaksi dan kompleksitas hubungan mereka menunjukkan apa yang dimaksud dengan biodiversity (: keanekaragaman hidup/hayati). Karena antar organisme saling berinteraksi, muncullah struktur dalam ekosistem dan terciptalah rantai makanan, jaring makanan, kerja sama (: simbiosis), dan jaringan interaktif lainnya. Hubungan ini berubah-ubah sepanjang masa evolusi karena tiap spesies saling beradaptasi satu sama lain, dan juga dengan ekosistemnya, untuk mencapai keseimbangan. Planet bumi dianggap sebagai salah satu bentuk komunitas hidup yang berciri saling tergantung dan memiliki keseimbangan yang hampir-hampir tak terasakan. (William Chang : 2000)
Posisi manusia dan krisis lingkungan hidup
Manusia adalah bagian dari ekosistem. Ia tidak bisa hidup tanpa peran unsur-unsur ekosistem yang lain. Antonio Moroni membagi latar belakang sejarah hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya menjadi tiga tahap penting, yaitu masa keseimbangan alam, masa ketidakseimbangan alam dan masa sekarang. Pada zaman paleolitikum, manusia belum mengenal dunia pertanian. Ia menggantungkan diri pada alam. Alam mengontrol manusia khususnya menyangkut sumber-sumber yang diperlukan manusia untuk hidup dan berkembang. Ada dua perubahan kultural yang menimbulkan keretakan keseimbangan antara manusia dan lingkungan alam : revolusi neolitikum (manusia mengubah lingkungan alam tanpa membahayakan proses dan fungsi alam) dan revolusi industri (manusia mengontrol lingkungan hidup dan menggarap kekayaan alam demi manusia). Sejak revolusi industri hingga sekarang, terjadi dualisme mendalam antara manusia dan alam. Manusia dialami sebagai subyek aktif sedangkan alam sebagai unsur pasif. Kuasa manusia menaklukkan alam. Manusia dianggap sebagai pusat jagad raya. Filsafat hidup yang menonjol dalam teknologi modern ini menghasilkan tindakan manusia yang tanpa batas, utilitarianisme, tidak kenal kewajiban, dan budaya kematian. Keadaan lingkungan alam makin memprihatinkan : udara, air, ozon, tanah, hutan. Akibatnya muncul banyak bencana alam. Krisis lingkungan hidup tidak hanya mengancam hidup manusia, tetapi juga seluruh jaringan hidup yang ada di dalamnya.